Ada beberapa kasus di mana teknik mendeteksi kebohongan telah digunakan dalam investigasi kriminal. Salah satu contohnya adalah penggunaan teknik pemeriksaan poligraf (atau "detektor kebohongan") dalam investigasi kejahatan. Poligraf mengukur respon fisiologis seperti detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan seseorang selama menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu. Namun, metode ini tidak selalu dapat diandalkan dan masih diperdebatkan keabsahannya dalam hukum.
![]() |
Ilustrasi |
Teknik lain yang digunakan adalah analisis wicara (atau analisis pernyataan). Ini melibatkan analisis tingkat kesesuaian antara pernyataan seseorang dengan fakta yang diketahui dan mencari kontradiksi dalam pernyataan yang diberikan. Analisis wicara juga dapat melibatkan observasi dari gaya bicara dan nonverbal dari seseorang, seperti mimik wajah dan gerakan tubuh, dalam mencari tanda-tanda kebohongan.
Sebagai contoh, dalam kasus pembunuhan yang terkenal di Amerika Serikat, O.J. Simpson, pakar analisis wicara digunakan untuk menganalisis pernyataan Simpson dalam interogasi dan dalam pengakuan video yang dia berikan kepada polisi. Hasil analisis ini kemudian digunakan dalam persidangan untuk mendukung atau menentang tuduhan bahwa Simpson bersalah dalam pembunuhan istrinya dan teman pria.
Perlu diingat bahwa teknik mendeteksi kebohongan hanya merupakan salah satu alat dalam investigasi kriminal dan tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya bukti dalam menyatakan seseorang bersalah. [tahukahanda.com/ip]
0 Komentar