Ayat Al-Quran dan Hadits Nabi Tentang Larangan Korupsi

Ada banyak kasus yang membuat kerusakan terjadi, baik di seluruh permukaan bumi maupun terkhusus di negara kita tercinta Indonesia. Setiap terjadi kasus, pro dan kontra selalu ada, dan umumnya orang menjadi liar untuk berpendapat sesuai dengan logika dan pemikirannya masing-masing.

Foto: Petugas KPK dengan seragamnya (hebatriau.com)

Sudah saatnya segala yang terjadi, terutama saat kita menemukan jalan buntu, kita tidak egois untuk memaksakan pendapat pribadi kita semata. Karena jika yang dipakai adalah pendapat pribadi, kita semua akan banyak yang bertengkar dan dari suatu kekacuan akan menimbulkan banyak kekacauan lainnya.

Padahal panduan hidup di dunia ini sudah lengkap, ada pada Kita Suci, Ayat-ayat yang langsung diturunkan oleh Tuhan Sang Pencipta melalui UtusanNya. Khususnya pada yang beragama Islam, berpedoman pada Al-Quran akan membuat hidup menjadi baik dan membuat hati selalu tenang. Ditambah dengan hadits, yaitu perkataan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.

Baru saja kita dihebohkan oleh penangkapan seorang menteri oleh KPK. Banyak orang yang kesal dan nyinyir terutama karena hal ini terjadi pada saat negara kita sedang susah menghadapi pandemi corona. Saat masih banyak rakyat yang susah untuk makan, dan saat banyak orang di PHK.

Hal-hal seperti ini seharusnya menjadi renungan untuk kita semua. Ambil hikmahnya, dan jangan sampai kita menjadi orang yang melakukan hal yang sama dalam akhifitas kita sehari-hari sesuai dengan profesi yang kita jalani dan tanggung jawab yang kita pegang.

Masalah korupsi sudah sangat tegas dilarang dalam Al-Quran, berikut kutipan Ayat dan Terjemahannya:


وَلَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَـٰطِلِ وَتُدْلُوا۟ بِهَآ إِلَى ٱلْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا۟ فَرِيقًۭا مِّنْ أَمْوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah : Ayat 188).


Juga ada hadits Nabi yang berbunyi:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « مَنْ اسْتَعْمَلْنَاهُ مِنْكُمْ عَلَى عَمَلٍ فَكَتَمَنَا مِخْيَطًا فَمَا فَوْقَهُ كَانَ غُلُولًا يَأْتِي بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ » ، قَالَ: « فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ أَسْوَدُ مِنْ الْأَنْصَارِ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ اقْبَلْ عَنِّي عَمَلَكَ، قَالَ: ((وَمَا لَكَ؟)) ، قَالَ: سَمِعْتُكَ تَقُولُ كَذَا وَكَذَا، قَالَ:  وَأَنَا أَقُولُهُ الْآنَ، مَنْ اسْتَعْمَلْنَاهُ مِنْكُمْ عَلَى عَمَلٍ فَلْيَجِئْ بِقَلِيلِهِ وَكَثِيرِهِ فَمَا أُوتِيَ مِنْهُ أَخَذَ وَمَا نُهِيَ عَنْهُ انْتَهَى» [رواه البخاري ومسلم]

“Barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan), lalu dia menyembunyikan dari kami sebatang jarum atau lebih dari itu, maka itu adalah ghulul (belenggu, harta korupsi) yang akan dia bawa pada hari kiamat”. (‘Adiy) berkata : Maka ada seorang lelaki hitam dari Anshar berdiri menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , seolah-olah aku melihatnya, lalu dia berkata,”Wahai Rasulullah, copotlah jabatanku yang engkau tugaskan.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,”Ada apa gerangan?” Dia menjawab,”Aku mendengar engkau berkata demikian dan demikian (maksudnya perkataan di atas, Pen.).” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata,”Aku katakan sekarang, (bahwa) barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan), maka hendaklah dia membawa (seluruh hasilnya), sedikit maupun banyak. Kemudian, apa yang diberikan kepadanya, maka dia (boleh) mengambilnya. Sedangkan apa yang dilarang, maka tidak boleh.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menjelaskan bahwa kita dilarang untuk mengambil apa yang tidak seharusnya menjadi hak kita dalam pekerjaan kita. Misalnya kita seorang birokrat yang sudah digaji untuk melayani rakyat, maka kita tidak boleh meminta imbalan yang di luar kententuannya. Atau pada hal lain yang sudah banyak contohnya yang terjadi.

Terakhir, mengikuti atau tidak mengikuti panduan Agama tetaplah menjadi pilihan kita masing-masing. Namun ada jaminan kebaikan dari Allah bagi orang yang bertaqwa, yang berserah diri mengikuti perintahNya.

Semoga hati kita dilembutkan untuk menerima ketentuanNya. [tacom/ip]

Posting Komentar

0 Komentar